Tulisan ini
mungkin hanya sedikit Sebuah Curhatan dari Penulis, tidak ingin seperti Prita
Sari yang akhirnya harus berurusan dengan Polisi karena sebuah Kasus
“Pencemaran Nama Baik “.Tulisan ini mungkin hanya berkisah begitu berharganya
sebuah waktu, jangankan hitungan Menit, sepersekian detik saja , sebuah nyawa
seorang Simoncelli harus pergi
Sebenarnya
ini tulisan tentang apa sih ?
Tulisan
ini hanya membutuhkan waktu anda beberapa menit untuk membacanya atau jika anda
tidak suka silakan tutup Tulisan ini dan kembali bekerja tanpa harus tahu betapa berharganya menit itu
atau anda diharuskan mengulang ujian lagi 4 bulan kemudian.
Cerita
ini bermula dari selesai meetingnya penulis pada pukul 3 Sore hari, Beruntung
berangkat meeting mengendarai roda dua, coba kalau naik roda 4, dengan baru
selesainya meeting Pukul 3 sore hari didaerah Kuningan dan pukul 5 harus
mengikuti ujian di daerah Rawamangun, dengan kondisi Semrawutnya jalanan di
Jakarta, pasti waktu yang ditempuh dari Kuningan ke Rawamangun itu sama dengan
waktu tempuh Jakarta ke Bandung dengan catatan Jalan Tol Cikampek dan
Cipularangnya tidak macet, kalau macet ???
Keluar
Kuningan langit Jakarta
sudah mendung bertanda hujan sebentar lagi turun, Terpaksa penulis harus memacu
kencang roda duanya jika tidak ingin kehujanan di tengah jalan. Memasuki daerah
Jatinegara Gerimis mulai menyapa, terpaksa harus selap-selip diantara kemacetan
Jatinegara . Saat Didepan Stasiun Jatinegara alahasil hujan turun dengan
derasnya, melirik ke jam waktu sudah menunjukan pukul 3:45 menit, dengan
terpaksa walau Jas Hujan sudah banyak yg bocor, tetap harus ditrobos hujannya,
jika tidak mohon maaf gagal maning…. gagal maning. Bersyukur tepat jam 4:00
sore sampai didepan pintu gerbang, dengan celana dan baju setengah basah lalu
ditambah hajat kecil sudah berontak ingin cepat dilepaskan, dengan terpaksa
menuju ke toilet dulu, setelah selesai buang air kecil sambil bersih-bersih di
celana yg penuh cipratan genangan air hujan, bergegaslah penulis ke tempat
pendaftaran, belum sampai ditempat pendaftaran, salah satu panita ujian
bertanya
“
Mau ambil nomor ujian yah pak ?” tanpa sadar penulis melongok meja pendaftaran sudah
kosong, penulis pun melirik Jam di Handphone, waktu telah menunjukan pukul 4:10
Menit
“
Sudah ditutup yah pak ? “Tanya penulis
“
Belum pak pindah ke ruangan Auditorium. “ jawab panitia tersebut sambil
menunjuk ke salah satu ruangan. Pikir penulis mungkin karena hujan, pendaftaran
di pindah ke dalam ruangan Auditorium
“
Ok pak terima kasih “ sambil bergegas menuju ruangan yg di tunjuk tadi
“
Pak Lewat Sini saja, Masih Hujan “ tegur panitia tersebut, sambil menunjuk
lorong menuju Auditorium yg dimaksud.
Sampai
diruangan Audirorium sudah banyak orang yang mengantri, ikut mengantrilah
penulis dibelakang kawan-kawan senasib seperjuangan yang akan berjuang hanya
demi mendapatkan secarik kertas tanda kelulusan. 2 Menit, 3 Menit berlalu,
sampai hitungan menit ke empat, saya mulai sadar, antrian ini tidak bergerak,
coba bertanya ke rekan didepan saya.
“
Pak , Kog ga bergerak nih antriannya ?”
“
Ga tahu coba aja lihat didepan “ jawab bapak-bapak didepan saya,
“
Nitip yah pak, saya lihat kedalam dulu ” mohon Penulis ke antrian dibelakang
kedepanlah
penulis melihat ada apa gerangan yang terjadi, rupanya didalam ruangan 3
Peserta Ujian sedang ‘Cek-Cok’ mulut dengan ketua panitia ujian, karena penulis
yang tadinya mengantri dibelakang masuk kedalam, antrian jadi buyar mereka
semua ikut masuk kedalam, setelah kami semua amati pembicaraannya , bahwasanya
pengambilan Kartu Ujian sudah ditutup pada pukul 4:00 dan panitia pun sudah
memberi toleransi 5 menit tambahan waktu setelah itu, yang terlambat tidak bisa
mengikuti Ujian, berdebatlah kami semua dengan melibatkan seorang Ketua
Panitia, melawan sekitar 40 orang yang tadinya tertahan di antrian. Penulis
jadi berfikir begitu hebatnya kekuasaan itu. Hanya 1 orang dan beliau adalah
Ketua Panitia Ujian dapat menghakimi 40 orang dan menghantam 3.5 Bulan
pendidikan yang sudah dilalui. Hanya dengan begitu besarnya kekuasaan, jerih
payah selama 3.5 bulan dikalahkan dalam hitungan 1 Menit. Logika dari Penulis
berkata 1 menit itu, setelah ketua panita menyebutkan sudah di beri batas
toleransi 5 menit. Hitung-hitunganya adalah Penulis tiba pukul 4:10 didepan
antrian penulis sudah ada sekitar 15 Orang, jadi tepat pukul 4:05 Pengambilan
kartu peserta ditutup , jadi bertanya apakah jam Ketua panitia tersebut tepat
pukul 4:05, bagaimana jika jam tersebut memang benar 4:05 akan tetapi di Jam
Peserta masih 4:04, jika begitu jam mana yang mau dipakai ? sedang Penulis sendiri tidak melihat adanya
Jam Besar yang berada tepat ditengah-tengah gedung agar bisa dijadikan Patokan
Waktu.
Pertanyaan
penulis Kenapa Orang yang membutuhkan
itu selalu yg dirugikan ?
Contoh pertama :
Wajar jika anda
datang ke Stasiun Kereta Api, pada pukul 4:10 sedang tiket ditangan anda
menunjukan Jadwal kereta yang pukul 4:00, menyebabkan kereta api sudah
berangkat, hanguslah tiket anda. Akan tetapi bagaimana jika dibalik, anda
datang pukul 4:00 jadwal kereta pukul 4:10 akan tetapi keretanya baru tiba
pukul 4:30. Apakah pada saat pukul 4:05 anda kesal dan mengirimkan Pesan lewat
Kepala Stasiun untuk ditunjukan ke Kereta anda yg telat dengan isi
“ Selamat Siang Bpk Kereta, karena saya sudah beri anda
toleransi 5 Menit, tetapi anda belum datang juga, dengan terpaksa saya berangkat duluan “
Bye
Bye
From Penumpang Anda Yang Kesal
Nb : Kalo Lewat depan saya
Anggap kita Tidak kenal
Apakah
dengan keterlambatan kereta selama 30 Menit dan anda sudah memberi batas
toleransi selama5 menit, lalu anda jalan duluan dan menyusuri jalan kereta ?
Tentu Tidak, pasti anda akan
tetap setia menunggu sambil menggerutu dalam hati
Contoh
lainnya
Masih dalam
kereta api, walaupun ini jarang sekali terjadi, tetapi bisa juga diambil
contohnya. Jika anda datang pukul 3:55 begitupun jam besar dalam Stasiun
tersebut masih menunjukan pukul3:55, Tiket Kereta Api anda berjadwal pukul 4:00
akan tetapi kereta sudah meninggalkan Stasiun pada pukul 3:50 lebih cepat 10
menit, apakah anda bisa meminta pengembalian uang anda atas tiket
tersebutdengan alasan kereta datang Lebih Awal 10 Menit ? tentu tidak….. anda
akan tetap dibilang telat dan tiket anda tetap hangus, dengan sangat terpaksa
anda diharuskan membeli tiket kerta api dengan jadwal yang lain itulah mengapa
ada pertanyaan Kenapa Orang yang
membutuhkan itu selalu yang dirugikan ?
Sampai saat ini
Penulis tidak yakin, Jika saja yang akan naik kereta Bapak Presiden atau siapa
saja yang berkuasa, datang terlambat 10 Menit apakah akan tetap ditinggalkan ?
Peraturan
tetap harus ditegakkan ?
Penulis
sempat tertawa dalam hati waktu ketua panitia tersebut berkata bahwa peraturan
tetap harus ditegakkan, rusak Negara jika semua orang seperti ini. Mohon maaf
Pak ketua, tanpa mengurangi rasa hormat penulis terhadap ketua, Peraturan ini
kan yang buat manusia dan penulis pun yakin 100 % dari 40 orang yg terlambat
mengambil kartu ujian ini. Tidak ada unsur kesengajaan memang ingin telat, lah
wong Ujiannya saja pukul 5:00 dan Keadaan Cuaca juga hujan, Tuhan saja yang
menciptakan manusia maha pemurah dan pemaaf mau memaafkan hambanya yg salah,
masa sih telat 5-10 menit ga mau memaafkan, Dan ga ada cerita Negara Tuhan jadi
rusak hanya gara-gara Tuhan telah memberi maaf hambanya yg penuh kekurangan. Jadi
bertanya lagi, jika pengambilan Kartu Pendaftaran di Buka pukul 08:00 dan
ditutup pada pukul 16:00 + Toleransi 5 menit, apakah pembukaan Pendaftaran
tetap pukul 08:00 + toleransi 5 menit , jangan-jangan panitia baru buka pukul 08:30 ? kalau seperti
itu toleransinya 30 menit dong…pak Ketua he..he..he
Any
way that ok… nasi sudah menjadi bubur, dan 40 orang ini bukan gagal karena
pertandingan, akan tetapi digagalkan untuk tidak bertanding, tidak apa apa…
tetap semangat untuk ikut ujian nanti, dan diambil hikmahnya bahwa terkadang
harga 1 menit itu bisa mengalahkan harga ribuan emas dan permata, salam berkah,
semoga sukses, tetap semangat
Alex Leo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar